Keynote Speech Ketua DPD RI InAGRO EXPO & Business Forum 2022 “Synergy of National Economic Recovery Program through Strengthening Food Sovereignty and Developing Competitive Agricultural Product” Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur
Jumat, 11 Agustus 2022
Bismillahirrohmannirrohim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati dan banggakan; 1. Ketua Umum KADIN Jawa Timur, Saudara Adik Dwi Putranto 2. Ketua Task Force Perdagangan dan Investasi B20, Saudara Arif P. Rahmat 3. Wakil Menteri Perdagangan RI, Saudara Jerry Sambuaga 4. Presiden Direktur PT Pupuk Indonesia, Saudara Achmad Bakir Pasaman 5. Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Saudara HM. Yadi Sofyan Noor. 6. Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya,Profesor Simon Bambang Widjanarko 7. Para Tamu undangan dan hadirin yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dalam keadaan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam, beserta keluarga dan sahabatnya. Semoga kita mendapat syafaat beliau di hari hisab nanti.
Saya sampaikan terima kasih kepada Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur, yang mengundang saya untuk ikut menyumbangkan pikiran dan pendapat dalam acara InAGRO EXPO dan Bisnis Forum 2022 yang diselenggarakan hari ini.
Saya memohon maaf, tidak dapat hadir di tengah-tengah Bapak Ibu dan hadirin, dikarenakan saya harus berada di Jakarta untuk agenda yang sudah terjadwal sebelumnya.
Bapak Ibu dan Hadirin yang hormati, Isu tentang ketahanan dan kedaulatan pangan memang menjadi isu penting selain energi hijau dan pemanasan global serta lingkungan. Karena pangan bisa menjadi pemicu perang dan ketegangan kawasan di masa mendatang.
Apalagi krisis pangan dunia diperkirakan terjadi menjelang tahun 2050 mendatang. Dimana pada saat itu, Indonesia juga mengalami ledakan jumlah penduduk usia produktif, yang mencapai 70 persen populasi dari total penduduk di Indonesia.
Bahkan Badan Pangan Dunia (F.A.O) meramalkan akan terjadi peningkatan kebutuhan pangan sebanyak 60 persen di tahun tersebut, agar penduduk dunia tidak terpuruk dalam kemiskinan dan kelaparan.
Sehingga tema yang diberikan kepada saya hari ini, yaitu tentang; Apakah Bio-Teknologi bisa menjadi solusi bagi ketahanan pangan, sangat menarik untuk dibahas.
Karena secara empirik, beberapa negara sudah memanfaatkan jutaan hektar lahan untuk menerapkan bioteknologi agricultural.
Amerika Serikat memiliki luas tanaman berbasis bioteknologi terbesar di dunia yaitu 75 juta hektar untuk tanaman kapas, kedelai, dan jagung. Sementara Brazil menggunakan untuk tanaman kedelai dengan luas lebih dari 50 juta hektar. Begitu juga Argentina memiliki tanaman berbasis bioteknologi seluas 23 juta hektar. Sedangkan di Asia, India tercatat menggunakan tanaman berbasis bioteknologi seluas 11,4 juta hektar.
Artinya, negara-negara di dunia sudah menempuh peta jalan ini sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan. Karena memang secara teori, bioteknologi juga bisa menjadi jawaban atas perubahan iklim global, krisis air, sekaligus pengurangan pestisida dan emisi karbon dunia. Itu jika orientasi bioteknologi dibaurkan dengan program lingkungan hidup dan energi hijau.
Karena itu, orientasi menjadi sangat penting. Negara harus mengarahkan program rekayasa genetika dengan pendekatan bioteknologi dengan target hasil yang bisa dikembangkan, tahan terhadap perubahan iklim, aman dikonsumsi, serta berdampak positif terhadap lingkungan.
Orientasi ini harus menjadi patokan. Kita jangan mengulang kesalahan masa lalu, ketika kita mengejar tingkat produksi dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida sebagai jalan keluar.
Bagi saya kebijakan tersebut justru membelenggu kita. Karena selain merusak lingkungan. Juga ada komponen utama yang harus kita impor untuk menjaga produksi pangan. Karena untuk memproduksi pupuk kimia, sebagian komponennya, seperti phospat masih harus kita impor.
Lebih dari itu, dampak pestisida dan pupuk kimia yang larut ke dalam tanah dan larut terbawa air ke muara hingga laut, juga memperburuk kualitas tanah dan terumbu karang serta pencemaran pesisir. Dan jelas berdampak terhadap sektor perikanan kita. Sehingga ikan semakin menjauh dari zona tangkapan nelayan kecil.
Dampak multi dimensi ini dalam jangka panjang membuat bangsa ini tergantung kepada impor beberapa komoditas pangan. Inilah yang menguntungkan para pemburu rente dari impor. Sehingga kondisi ini berlarut hingga hari ini.
Sementara Thailand dan India telah mengembangkan varietas beras yang lebih bagus dari beras Indonesia. Sehingga mereka menjadi negara pengekspor beras.
Bapak Ibu dan Hadirin yang saya hormati, Saya ingin mengajak kita untuk melihat secara lebih dalam. Lebih fundamental lagi dalam melihat persoalan ketahanan pangan.
Konsepsi nilai-nilai luhur yang terdapat di Pancasila, yang merupakan rumusan para pendiri bangsa, sebenarnya sudah cukup jelas. Yaitu kita menanam apa yang bisa tumbuh. Dan kita memakan apa tumbuh di sini.
Dan negeri ini telah diberi anugerah oleh Allah SWT sebagai negeri yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Negeri yang memiliki dua iklim. Negeri yang berada di garis katulistiwa.
Sehingga seperti lirik lagu Koes Plus, yang dikatakan; bukan lautan, hanya kolam susu, ikan dan udang menghampiri dirimu, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Itulah kondisi yang seharusnya.
Artinya tidak ada konsepsi impor pangan. Bila kita menyadari konsepsi dari nilai fundamental tersebut.
Salah satu contoh. Sebagai bangsa maritim, seharusnya bangsa ini lebih banyak mengkonsumsi ikan. Bukan daging sapi. Karena populasi sapi yang lambat pasti tidak terkejar, bila ratusan juta penduduk ini terpola mengkonsumsi daging. Akibatnya kita impor daging.
Celakanya, begitu terjadi wabah penyakit hewan ternak, negara ini tergopoh-gopoh dan dengan alasan darurat, segera menunjuk langsung beberapa perusahaan untuk melakukan impor vaksin untuk hewan ternak.
Itu artinya kita tidak mengamankan apa yang kita tanam dan kembangbiakkan untuk kita makan dari ketergantungan komponen vital yang masih harus diimpor.
Karena itu seperti saya sebut tadi di atas, bahwa ke depan, revolusi ketahanan pangan adalah semua variable untuk memastikan ketahanan pangan tersebut ada di dalam negeri. Bahan bakunya ada di sini. Dan bisa kita produksi sendiri.
Artinya jelas kita tidak boleh lagi menggunakan pupuk kimia yang unsur komponennya masih harus kita impor. Apalagi pupuk kimia menjadi variable utama dalam ketahanan pangan. Kita harus memiliki industri farmasi dan vaksin sendiri. Sebab, jika tidak, itu namanya kita salah berpikir. Karena membangun sebuah kedaulatan, ternyata kita tidak berdaulat atas apa yang mau kita bangun.
Sehingga sekali lagi, sangat penting bagi kita sebagai sebuah bangsa untuk menentukan orientasi pengembangan bioteknologi di Indonesia.
Karena Indonesia masa depan harus menjadi harapan hidup penduduk dunia. Karena Indonesia akan menyediakan oksigen melalui kekayaan hutan dan menjadi lumbung pangan dunia melalui kesuburan dan keunggulan komparatif alamnya.
Kiranya itu yang dapat saya sampaikan. Atas perhatian Bapak Ibu dan para hadirin, saya ucapkan terima kasih.