Pidato Ketua DPD RI
Serap Aspirasi Masyarakat
Ikatan Mubaligh Indonesia Kota Surabaya
Penguatan Sistem Demokrasi Indonesia
Surabaya, 22 Januari 2024
Bismillahirrohmannirrohim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua. Yang saya hormati dan banggakan; Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dalam keadaan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam, beserta keluarga dan sahabatnya. Semoga kita mendapat syafaat beliau di hari hisab nanti.
Saya sampaikan terima kasih kepada Ikatan Mubaligh Indonesia Kota Surabaya yang masih memikirkan tentang penguatan sistem bernegara Indonesia. Karena seperti disampaikan Kiai Baha’udin Nursalim, bahwa terdapat Hadist Nabi yang menyatakan bahwa memikirkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara, itu nilainya setara dengan ibadah selama 60 tahun.
Saudara-saudara Para Mubaligh yang saya banggakan, Mubaligh adalah penyampai. Lebih khusus lagi, mubaligh adalah orang yang menyampaikan ajaran Islam, secara lisan maupun tulisan. Sehingga, seorang mubaligh juga wajib menyampaikan kepada umat, bahwa mencintai tanah air juga bagian dari Iman. Menjaga bumi dari kerusakan juga perintah Allah SWT. Karena pada hakikatnya, kita tidak punya hak memiliki bumi ini. Sehingga kita wajib menjaga dari kerusakan dan tindakan yang melampaui batas.
Oleh karena itu, membahas dan membicarakan tentang sistem bernegara, atau aturan main dalam menjalankan negara menjadi sangat penting. Sehingga membicarakan konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang merupakan payung hukum tertinggi di semua negara, termasuk Indonesia, menjadi bagian dari ikhtiar kita untuk menjaga bumi dari kerusakan. Karena sejatinya, nilai-nilai spiritualisme tidak boleh dikalahkan oleh nilai-nilai materialisme.
Karena itu, perlu saya sampaikan dalam kesempatan ini, bahwa saya tidak punya agenda politik untuk terlibat dalam pemenangan salah satu pasangan calon presiden yang ada. Tetapi saya punya agenda untuk mengalahkan mazhab individualisme, pragmatisme dan materialisme yang telah menyusup ke dalam sistem bernegara di Indonesia, sejak Undang-Undang Dasar 1945 diubah atau diamandemen pada tahun 1999 hingga 2002 yang lalu.
Ini penting untuk didengarkan dan dipahami. Yang saya perjuangkan adalah memenangkan mazhab bernegara yang sesuai dengan rumusan para pendiri bangsa, yaitu negara yang berfalsafah kepada azas Pancasila, dengan sistem bernegara asli Indonesia, yaitu sistem Syuro, yang sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Islam. Bukan nilai-nilai barat yang liberal dan individualistik serta kapitalistik.
Saudara-saudara Para Mubaligh yang saya banggakan, Indonesia telah memiliki sistem bernegara tersendiri. Sistem yang paling sesuai dengan watak asli bangsa Indonesia yang super majemuk. Sistem yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Tetapi sistem itu kita buang, dan kita ganti pada saat Reformasi, hanya karena penyimpangan yang dilakukan Orde Baru.
Padahal, seharusnya, saat Reformasi itu, yang kita benahi adalah penyimpangan yang terjadi di era Orde Baru. Bukan mengganti sistem bernegara. Karena para pendiri bangsa kita telah melakukan uji tuntas atas semua sistem bernegara, baik ala barat maupun timur. Yang semuanya tidak cocok diterapkan di Indonesia, sebagai negara majemuk dan kepulauan ini.
Sehingga apa yang terjadi dan kita rasakan dari tahun ke tahun sejak reformasi. Degradasi moral dan akhlak. Oligarki ekonomi dan politik semakin menggurita. Polarisasi dan pembelahan di masyarakat. Kemiskinan struktural dan ketidakadilan yang ada di mana-mana. Semakin banyak paradoksal yang kita lihat dan rasakan.
Sekali lagi perlu saya sampaikan. Bangsa ini sebenarnya sudah punya sistem asli. Yaitu Pemilu yang dilaksanakan untuk memilih wakil rakyat. Yang nanti duduk di DPR RI, yang terdiri dari Unsur Partai Politik dan Unsur Perseorangan atau Non Partai. Ini pernah diterapkan di Pemilu tahun 1955.
Sedangkan utusan-utusan lain, yaitu yang terdiri dari Alim Ulama, Cendekiawan, Profesional dan Aktivis Organisasi masuk di dalam Utusan Golongan. Sedangkan Utusan Daerah terdiri dari para pewaris Kerajaan dan Kesultanan serta Masyarakat Adat di Indonesia. Mereka ini duduk di MPR RI. Tidak dipilih melalui Pemilu, tetapi harus diutus dari bawah. Tidak ditunjuk oleh Presiden. Tetapi benar-benar diutus dari kalangan mereka sendiri.
Mereka semua ini, Anggota DPR, Anggota Utusan Golongan dan Anggota Utusan Daerah menjadi Anggota MPR RI, yang menjadi basis Penjelmaan Rakyat yang utuh dari Sabang sampai Merauke. Dari Miangas sampai Rote. Mereka inilah yang akan bermusyawarah di MPR RI, untuk merumuskan Haluan Negara, sebagai bentuk dari kehendak politik rakyat sebagai pemilik negara sekaligus pemilik kedaulatan.
Lalu mereka inilah yang memilih Presiden di MPR untuk menjalankan Haluan Negara tersebut. Sehingga Presiden adalah Mandataris dari Penjelmaan Rakyat tersebut. Artinya Presiden adalah petugas rakyat. Yang kemudian dievaluasi di akhir masa jabatannya.
Sistem ini yang harus kita sempurnakan dan perkuat. Sehingga tidak terjadi lagi penyimpangan seperti di era Orde Lama dan Orde Baru. Sehingga kita menjadi bangsa Indonesia dengan jati dirinya. Bukan bangsa lain. Bukan bangsa yang tercerabut dari akar sejarahnya.
Tetapi akibat perubahan Undang-Undang Dasar di tahun 1999 hingga 2002 itu, sekarang kita mengadopsi sistem Liberal Barat. Kedaulatan rakyat kita serahkan kepada Partai Politik. Bahkan pemegang kekuasaan pembentuk Undang-Undang atau hukum yang mengikat seluruh rakyat juga kita serahkan kepada Partai Politik.
Pemilihan Presiden, Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota semua dilakukan secara Langsung. Akibatnya batu uji untuk memilih pemimpin bukan lagi berbasis Integritas, Moralitas dan Intelektualitas. Tetapi berbasis Popularitas dan Elektabilitas.
Padahal popularitas bisa difabrikasi melalui ilmu komunikasi dan teknologi. Begitu juga elektabilitas bisa difabrikasi melalui hasil-hasil survei yang bertujuan mempengaruhi pendapat dan mengarahkan pilihan masyarakat. Padahal semua itu adalah politik kosmetik. Atau politik polesan. Alias palsu.
Pemilihan-pemilihan langsung itu juga mengakibatkan polarisasi di masyarakat. Dan hal itu sangat tidak produktif, serta menurunkan kualitas kita sebagai bangsa yang beradab dan beretika.
Kita menyaksikan ada sweeping alat peraga, persekusi forum diskusi, pembubaran atau pelarangan forum pertemuan, penyebaran berita hoax dan fitnah, serta masih banyak lagi. Sampai hari ini, masih saja terjadi olok-olok antar kelompok, dengan sebutan-sebutan yang jelek. Padahal sudah sangat jelas, olok-olok dengan sebutan yang jelek, dilarang oleh Al-Quran.
Pilpres Langsung juga sangat rawan terjadi kecurangan yang massif dalam pelaksanaannya. Karena tidak satupun calon presiden yang bisa memiliki bukti formulir C-1 dari 800 ribu lebih TPS di seluruh Indonesia.
Inilah yang seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua. Bagaimana mungkin bangsa yang berketuhanan ini dapat melakukan apa saja, termasuk kecurangan dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan dan kekuasaan?
Inilah yang saya katakan, bahwa saya berniat dan berjuang, untuk mengembalikan kemenangan mazhab bernegara yang sesuai dengan rumusan para pendiri bangsa, yaitu negara yang berfalsafah kepada azas Pancasila, dengan sistem bernegara asli Indonesia, yaitu sistem Syuro, yang sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Islam.
Saya berharap para Mubaligh yang tergabung di dalam Ikatan Mubaligh Indonesia memiliki kesadaran kolektif, untuk kita mengajak umat Islam khususnya, dan seluruh bangsa Indonesia untuk bertaubat dari penerapan Sistem Liberal Barat yang dipaksakan diterapkan di Indonesia. Yang ternyata memiliki daya rusak yang luar biasa terhadap nilai-nilai luhur bangsa dan negara ini.
Mari kita hentikan kontestasi politik yang semata-mata ingin sukses meraih kekuasaan dengan cara Liberal. Karena telah menjadikan kehidupan bangsa kita kehilangan kehormatan, etika, rasa dan jiwa nasionalisme-patriotisme. Karena hanya menghasilkan buzzer-buzzer di media sosial yang memproduksi narasi-narasi jahat dan saling hujat.
Semoga ikhtiar kita untuk Indonesia yang lebih baik, melalui cara yang baik, mendapat ridho dari Allah SWT. Dan semoga kerja Ihklas Anda semua, para Mubaligh menjadi amal jariyah yang tidak terputus. Aamiin yaa robbal alamiin.
Kiranya itu yang dapat saya sampaikan, atas perhatian saudara – saudara, saya ucapkan terima kasih.
Wawahul Muwafiq Ila Aqwamit Tariq Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ketua DPD RI
AA LaNyalla Mahmud Mattalitti
Foto Terkait
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti Serap Aspirasi Masyarakat Ikatan Mubaligh Indonesia Kota Surabaya