Sambutan Ketua DPD RI
Pra Muktamar ke-13 JATMAN
Membumikan Nilai-Nilai Thoriqoh
Demi Kemandirian Jam’iyah
Menuju Indonesia Maju
Subang, 6 Agustus 2024
Bismillahirrohmannirrohim, Assalamu’alaikum Wr. Wb., Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati dan banggakan;
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dalam keadaan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam, beserta keluarga dan sahabatnya. Semoga kita mendapat syafaat beliau di hari hisab nanti.
Saya sampaikan terima kasih kepada Keluarga Besar JATMAN, yang mengundang saya untuk ikut hadir dalam pembukaan Pra Muktamar ke-13 JATMAN yang diselenggarakan di Subang hari ini.
Yang saya hormati, para Ulama dan para Ahli Thoriqoh serta para peserta Pra Muktamar JATMAN.
Dunia saat ini mengalami situasi ketidakpastian dan tantangan yang cukup berat ke depan. Hal ini diakibatkan oleh setidaknya tiga persoalan besar yang terjadi di dunia saat ini.
Pertama: adalah ketegangan tensi geopolitik antar kawasan dan juga regional. Konflik Rusia-Ukraina dan Konflik di Timur Tengah yang dipicu okupansi militer Israel atas wilayah Palestina.
Kedua: ancaman disrupsi teknologi yang ditandai dengan kecepatan perkembangan artificial intelligent dan otomasi yang mengancam beberapa pekerjaan manusia di masa depan. Dan ketiga: ancaman disrupsi lingkungan yang ditandai dengan climate change, yang bisa berdampak kepada gangguan lingkungan, yang bisa berakibat terjadinya bencana alam, pandemi penyakit dan ancaman ketahanan pangan dunia.
Persoalan-persoalan tersebut dihadapi oleh semua negara. Termasuk Indonesia. Sehingga dibutuhkan mitigasi dan antisipasi yang sangat serius dari semua negara. Dari semua pemerintahan di dunia. Dimana salah satunya adalah dengan memperkuat ketahanan masing-masing negara
Baik ketahanan pangan, ketahanan kesehatan, energi, maupun ketahanan militer, serta ketahanan lainnya. Tentu ini bukan soal mudah. Karena membangun ketahanan membutuhkan beberapa prasyarat. Selain pembangunan yang tepat sasaran. Juga kesehatan fiskal atau keuangan negara. Dan yang tak kalah penting adalah dukungan dan semangat rakyat di negara tersebut untuk ikut aktif dalam membangun semua ketahanan tersebut.
Tetapi Alhamdulilah kita masih memiliki beberapa modal sosial, modal spiritualitas dan modal kepemimpinan yang kuat. Salah satu modal sosial yang kuat adalah masih adanya Jam’iyah Thoriqoh yang dipimpin seorang yang memiliki spirit nasionalisme yang kuat, yaitu Rois ‘Am JATMAN Habib Muhamad Luthfiy Ali bin Yahya.
Yang kedua, Indonesia memiliki modal spiritualisme yang kuat, karena bangsa Nusantara ini dipenuhi oleh Wali Allah SWT. Yang sesungguhnya mereka tidaklah mati. Tetapi tetap hidup. Bahkan makamnya pun masih menghidupi. Ini seperti Paku Bumi, yang menjaga tanah Indonesia.
Dan yang ketiga, insya Allah tanggal 20 Oktober nanti, kita memiliki Presiden yang juga memiliki spirit Patriotisme dan Nasionalisme yang tidak perlu dipertanyakan lagi.
Dengan tiga modal ini, kita hanya perlu melakukan satu langkah lagi untuk membawa Indonesia lepas landas, atas apa yang sudah dibangun oleh Pemerintahan hari ini di bawah Presiden Joko Widodo.
Apa satu langkah itu? Adalah menggerakkan tekad kebersamaan untuk memperkuat Kedaulatan Indonesia, dalam konteks memperkuat Kepentingan Nasional dalam menghadapi tantangan dan ancaman dunia dan disrupsi-disrupsi yang saya sebutkan tadi.
Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita menggerakkan tekad kebersamaan seluruh rakyat untuk membangun Indonesia yang kuat?
Pertama harus ada saluran dalam sistem politik yang memberi ruang bagi rakyat untuk berpartisipasi secara aktif dalam ikut menentukan arah perjalanan bangsa dan negaranya.
Yang kedua, harus dipastikan tidak terjadi kesenjangan atau ketidak-adilan yang sangat ekstrim. Sehingga semua merasa menjadi bagian dan pemilik bangsa dan negaranya. Karena negara ini lahir memang bukan untuk dimiliki segelintir atau sekelompok orang saja. Tetapi milik semua.
Untuk itu kita harus berani melakukan telaah dan pengkajian ulang atas apa yang telah terjadi sejak Era Reformasi hingga hari ini, dimana beberapa indikator kesenjangan dan kualitas jati diri bangsa Pancasila yang ternyata semakin memudar.
Bangsa kita yang berwatak asli bangsa gotong royong dan spritualistis, perlahan berubah menjadi bangsa yang individualis dan materialistis. Sehingga watak idealis juga berubah menjadi pragmatis.
Ini yang sering saya sebut Reformasi yang kebablasan. Padahal, seharusnya yang kita benahi adalah kesalahan dan kekurangan Orde Baru dalam menerapkan Pancasila. Tetapi yang dilakukan bangsa ini justru mengadopsi sistem asing yang liberal, sehingga kita tanpa sadar semakin meninggalkan Pancasila. Inilah yang harus kita koreksi.
Tetapi saya masih percaya dan memiliki harapan dengan masih eksisnya Jatman, dimana nilai-nilai luhurnya akan menjaga serta merawat Indonesia dengan Jam’iyyah yang berisi orang-orang yang memberikan contoh akhlak mulia dan hubungan jiwa humanistik, sosial, dan keagamaan yang kuat.
Sehingga perilaku atau sikap mental individualisme, pragmatisme bahkan radikalisme, tetap dapat diimbangi dengan sikap tasamuh, tawasuth dan prinsip i’tidal.
Kiranya itu yang dapat saya sampaikan. Semoga Pra Muktamar ke-13 JATMAN berjalan dengan lancar dan menghasilkan rekomendasi untuk Muktamar nanti. Atas perhatian hadirin dan hadirot, saya ucapkan terima kasih
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwomith Thoriq Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ketua DPD RI
AA LaNyalla Mahmud Mattalitti
Foto Terkait
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti Hadiri Pra Muktamar ke-13 Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah