Dipublikasikan pada Jumat, 29 Oktober 2021 16:51 WIB
SEKADAU – Keberadaan objek wisata Lawang Kuari di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, mampu menarik perhatian Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Saat mengunjungi tempat tersebut, Jumat (29/10/2021), LaNyalla meminta Lawang Kuari untuk dijaga dan dilestarikan.
Lawang Kuari memiliki nilai historis tinggi. Karena, berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Kusuma Negara Sekadau. Sayangnya, banyak coretan cat semprot dari tangan-tangan jahil.
“Lawang Kuari memiliki nilai historis tinggi, dan berkaitan erat dengan proses pembangunan peradaban di Sekadau. Oleh karena itu, saya meminta agar dirawat dan dilestarikan dengan baik,” kata LaNyalla.
Senator asal Jawa Timur itu meminta pemerintah daerah memberi perhatian lebih untuk menjaga dan merawat Lawang Kuari.
“Penataan memang telah dilakukan. Tapi, jika Lawang Kuari dirawat dengan baik, masyarakat tentu akan mengenal lebih baik sejarah kebudayaan mereka. Apalagi Lawang Kuari sudah menjadi objek wisata. Tentu pemda harus memberi perhatian lebih,” ujar LaNyalla.
Saat berkunjung ke Lawang Kuari, Ketua DPD RI didampingi Senator Andi Muhammad Ihsan (Sulsel), Staf Khusus Ketua DPD RI Sefdin Syaifuddin, dan Ketua Tim Pokja Kerajaan Nusantara Yurisman Star.
Turut mendampingi Raja Kusuma Negara Sekadau Pangeran Agung Sri Negara II Gusti Muhammad Effendi dan Abang Mohd Firman Pangeran Bendahara Kusuma Negara.
Lawang Kuari sendiri cukup unik, karena letaknya berada di seberang Sungai Kapuas. Untuk menjangkaunya, kita harus menyeberang menggunakan kapal.
Lawang Kuari memiliki tiga goa. Pertama, adalah milik suku dayak, kedua dimiliki oleh suku melayu, serta yang terakhir adalah milik etnis Tionghoa.
Ada cerita yang menarik di tempat ini, di mana jika kita berhasil menembus goa, kita bisa melihat istana dari Kerajaan Pangerang Agung.
Abang Mohd Firman, Pangeran Bendahara Kusuma Negara, mengisahkan, pada masa itu, semestinya Pangeran Agung-lah yang meneruskan tahta kerajaan.
Namun justru Pangeran Kadar yang merupakan adiknya yang justru dinobatkan sebagai Raja.
“Pangeran Agung kemudian lari ke sini bawa warganya semua (pengikutnya). Di sinilah beliau menghilang. Maka di sini juga disebut bentang menghilang,” kata dia.
Pangeran Bendahara Kusuma Negara melanjutkan, meski menghilang di Lawang Kuari, namun sejatinya mereka tak benar-benar hilang.
“Kita terhalang kabut untuk melihatnya,” kata dia.
Bahkan, sebagai bukti bahwa Pangeran Agung dan pengikutnya masih bertahta, setiap Jumat beberapa dari mereka menyempatkan diri melakukan salat jamaah di Masjid At-Taqwa yang tak jauh dari Kerajaan Kusuma Negara.
“Kalau setiap Jumat, kalau ada orang baru yang salat di Masjid At-Taqwa, itu pasti dari sini. Kami sudah paham kedatangan mereka. Kita tidak komunikasi. Cirinya adalah di atas bibir tak ada belahan seperti kita ini,” kata dia.(*)