Jakarta, 25 Februari 2024
Bismillahirrohmannirrohim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang saya hormati dan banggakan;
1. Ketua Umum HMI Cabang Sidoarjo, Adinda Dandi Amar Rizky
2. Panitia Pelaksanan Latihan Kader II HMI
3. Para Kader HMI Peserta Latihan Kader yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dalam keadaan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam, beserta keluarga dan sahabatnya. Semoga kita mendapat syafaat beliau di hari hisab nanti.
Saya mohon maaf, tidak dapat hadir secara langsung dalam acara Latihan Kader II Tingkat Nasional HMI Cabang Persiapan Sidoarjo saat ini, dikarenakan saya harus berada di Jakarta untuk agenda yang telah terjadwal sebelumnya.
Adik-Adik Para Kader HMI yang saya banggakan,
Kita semua telah menyaksikan dan mengikuti Pemilihan Umum, baik Legislatif maupun Pemilihan Presiden secara langsung. Dimana khusus terhadap Pemilihan Presiden, masyarakat banyak memberi catatan. Yang muaranya adalah semakin menurunnya kualitas Demokrasi di Indonesia.
Itulah konsekuensi dari Pemilihan Presiden gaya liberal yang kita terapkan sejak era Reformasi. Tepatnya, setelah kita mengganti Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli, dengan Undang-Undang Dasar produk Amandemen di tahun 2002.
Akibatnya batu uji untuk memilih pemimpin bukan lagi berbasis Integritas, Moralitas dan Intelektualitas. Tetapi berbasis Popularitas dan Elektabilitas. Padahal popularitas bisa difabrikasi melalui ilmu komunikasi dan teknologi.
Begitu juga elektabilitas bisa difabrikasi melalui hasil-hasil survei yang bertujuan mempengaruhi pendapat dan mengarahkan pilihan
masyarakat. Padahal semua itu adalah politik kosmetik. Atau politik polesan. Alias palsu.
Pemilihan-pemilihan langsung itu juga mengakibatkan polarisasi di masyarakat. Dan hal itu sangat tidak produktif, serta menurunkan kualitas kita sebagai bangsa yang beradab dan beretika.
Kita menyaksikan maraknya penyebaran berita hoax dan fitnah, karena kita hanya menghasilkan buzzer-buzzer di media sosial yang
memproduksi narasi-narasi jahat dan saling hujat.
Sampai hari ini, masih saja terjadi olok-olok antar kelompok, dengan sebutan-sebutan yang jelek. Padahal sudah sangat jelas, olok-olok dengan sebutan yang jelek, dilarang oleh Al-Quran.
Pilpres Langsung juga sangat rawan terjadi kecurangan yang massif dalam pelaksanaannya. Karena tidak satupun calon presiden yang bisa memiliki bukti formulir C-1 dari 800 ribu lebih TPS di seluruh Indonesia.
Ditambah dengan buruknya kepercayaan publik kepada penyelenggara, yaitu Komisi Pemilihan Umum, yang komisionernya
adalah orang-orang yang terpilih secara politik, dan atas restu dan dukungan pemerintah.
Padahal Indonesia telah memiliki sistem bernegara tersendiri. Sistem yang paling sesuai dengan watak asli bangsa Indonesia yang
super majemuk. Sistem yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Tetapi sistem itu kita buang, dan kita ganti pada saat Reformasi, hanya karena penyimpangan yang dilakukan Orde Baru.
Padahal, seharusnya, saat Reformasi itu, yang kita benahi adalah penyimpangan yang terjadi di era Orde Baru. Bukan mengganti sistem bernegara. Karena para pendiri bangsa kita telah melakukan uji tuntas atas semua sistem bernegara, baik ala Barat maupun Timur. Yang semuanya tidak cocok diterapkan di Indonesia, sebagai negara majemuk dan kepulauan ini.
Inilah yang sekarang sedang saya perjuangkan. Agar bangsa ini kembali menerapkan Sistem Bernegara Sesuai Rumusan Para Pendiri Bangsa. Caranya adalah dengan kembali menerapkan Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli, untuk kemudian kita lakukan Amandemen dengan Teknik addendum untuk menyempurnakan dan memperkuat, sesuai dengan semangat Reformasi.
Sehingga kita tidak memberi peluang penyimpangan praktek, seperti terjadi di Era Orde Lama dan Orde Baru. Tetapi sekaligus kita juga tidak mengubah Sistem Bernegara asli Indonesia dengan sistem Barat yang Individualistik dan Liberal serta Kapitalistik.
Itulah yang kita sebut Sistem Pancasila. Sesuai dengan Sila Keempat; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Yang dijiwai oleh Sila Pertama, Kedua, Ketiga dan Kelima.
Sehingga bangsa ini akan kembali ke jati dirinya. Kembali menjadi bangsa Indonesia. Yang menghargai nilai-nilai yang telah dirumuskan Para Pendiri Bangsa.
Semoga para Kader HMI dapat menjadikan perjalanan kebangsaan Indonesia sebagai refleksi. Sehingga kita tidak menjadi bangsa yang durhaka kepada Para Pejuang Kemerdekaan dan Para Pendiri Bangsa.
Kiranya itu yang dapat saya sampaikan. Semoga ikhtiar kita untuk Indonesia yang lebih baik, melalui cara yang baik, mendapat ridho dari Allah SWT, dan menjadi amal jariyah yang tidak terputus. Aamiin yaa robbal alamiin.
Wabillahi Taufiq wal Hidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ketua DPD RI
AA LaNyalla Mahmud Mattalitti