Minggu, Oktober 13, 2024

Sambutan Ketua DPD RI Puncak Peringatan 1 Abad Persaudaraan Setia Hati Terate

Loading

Madiun, 2 September 2022

Bismillahirrohmannirrohim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Salam sejahtera untuk kita semua.

Yang saya hormati dan banggakan;
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dalam keadaan sehat wal afiat.

Sholawat serta salam, marilah kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam, beserta keluarga dan sahabatnya. Semoga kita mendapat syafaat beliau di hari hisab nanti.

Saya ucapkan Selamat Merayakan 100 Tahun Persaudaraan Setia Hati Terate kepada seluruh Warga SH Terate di seluruh Indonesia dan yang berada di luar negeri.

Menapaki jalan selama 1 Abad tentu tidak mudah. Apalagi untuk tetap bertahan sebagai organisasi yang besar. Namun SH Terate mampu membuktikan kekuatannya. Untuk itu kita beri aplaus untuk semua pengurus, pelatih dan warga SH Terate.

Bapak Ibu dan Hadirin yang hormati,
PSHT adalah organisasi massa yang cukup besar, dengan jumlah anggota di seluruh dunia lebih dari 10 juta orang. Tentu ini potensi yang luar biasa, jika dikelola dengan baik. Karena itu pengurus-pengurus PSHT mulai tingkat rayon, ranting, cabang, provinsi hingga pusat harus memiliki pandangan yang visioner tentang arah pengelolaan organisasi di masa mendatang.

PSHT tidak bisa dan tidak boleh dikelola lagi dengan cara-cara yang konvensional dan tradisional. Di Era 100 tahun ke-2 nanti, PSHT harus dikelola sebagai organisasi yang modern dan memanfaatkan teknologi informasi, sehingga menjadi organisasi yang terbuka dan profesional.

Yang tak kalah penting adalah, Warga PSHT harus menjadi pendukung utama Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi Penjaga Ideologi Pancasila. Warga PSHT harus menjadi benteng pertahanan dari serangan-serangan terhadap ideologi Pancasila seperti, Liberalisme dan Kapitalisme yang lahir dari ideologi Individualisme dan Sekulerisme.

Karena saat ini, Pancasila hanya diucapkan dan menjadi slogan semata. Tetapi sudah ditinggalkan dalam penentuan arah perjalanan banga ini. Karena Pancasila yang terdapat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sudah tidak nyambung lagi dengan isi dan bunyi Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Dasar hasil perubahan yang dilakukan pada tahun 1999 hingga 2002 yang lalu.

Pasal-Pasal dalam Konstitusi baru tersebut justru menjabarkan Ideologi lain; yaitu Ideologi Individualisme dan Liberalisme. Karena itu tidak mengherankan jika belakangan ini Kapitalisme dan Sekulerisme semakin menguat di Indonesia.

Sehingga lahir puluhan Undang-Undang turunan yang bertentangan dengan spirit dan semangat dari butir-butir Pancasila serta cita-cita dan tujuan nasional.

Warga PSHT sebagai bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia sejatinya memiliki andil besar atas lahirnya bangsa dan negara ini, maka sudah seharusnya Warga PSHT kritis melihat dan mengamati arah perjalanan bangsa ini.

Untuk itu, Warga PSHT harus kritis terhadap sejumlah fenomena paradoksal yang terjadi di tengah-tengah kita. Baik itu soal pembangunan, hingga ketidakadilan ekonomi dan kemiskinan struktural akibat ketidakadilan tersebut.

Pembangunan haruslah menjadi Pembangunan Indonesia. Bukan sekedar Pembangunan “di” Indonesia. Begitu pula Daulat Rakyat, tidak boleh digantikan menjadi Daulat Pasar. Karena Ekonomi harus disusun untuk kepentingan bersama. Bukan dibiarkan tersusun oleh mekanisme pasar.

Oligarki Ekonomi yang semakin membesar pasti menimbulkan ketidakadilan. Dan ketidakadilan menyumbang kemiskinan struktural. Dan ketidakadilan yang melampaui batas, adalah awal dari datangnya musibah dan bencana.

Warga PSHT juga harus kritis terhadap konsep dan kebijakan Pendidikan Nasional bangsa ini. Dimana mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai cita-cita negara ini, bukanlah sekedar mencerdaskan otak, tetapi mencerdaskan kehidupan. Yang artinya mencerdaskan kemanusian secara utuh. Termasuk moral dan akhlak, jasmani dan rohani. Serta semangat nasionalisme dan patriotisme.

Tanpa budi pekerti, tanpa nasionalisme, tanpa patriotisme dan tanpa ideologi serta ilmu agama, kita hanya akan menghasilkan generasi yang akan menjadi lawan kita di masa depan.

Untuk itu kita harus kembali membuka sejarah. Membaca pemikiran-pemikiran luhur para pendiri bangsa. Membaca ulang pikiran-pikiran Ki Hadjar Hardjo Utomo saat beliau mendirikan PSHT 100 tahun yang lalu.

Kita harus membaca kembali watak dasar dan DNA Asli Sistem Demokrasi bangsa ini. Dimana para pendiri bangsa telah sepakat menggunakan Sistem Syuro, yang menjadi ciri utama dari Demokrasi Pancasila.

Yaitu kedaulatan rakyat yang diberikan kepada para hikmat yang duduk di Lembaga Tertinggi Negara sebagai penjelmaan dari seluruh elemen rakyat sebagai pemilik sah bangsa dan negara. Dimana di dalamnya bukan saja diisi oleh politisi dari Partai Politik. Tetapi juga ada Utusan dari seluruh Daerah dan Utusan Golongan-Golongan yang lengkap.

Sehingga sistem ini adalah sistem yang berkecukupan. Tanpa ada yang ditinggalkan. Dan sistem ini adalah sistem yang paling sesuai untuk negara kepulauan dan negara yang super majemuk ini.

Karena sistem Demokrasi Pancasila bukanlah sistem Demokrasi Liberal di Barat. Bukan pula sistem Komunisme di Timur. Karena itu kita tidak menghadapkan wajah ke barat dan ke timur. Tetapi kita memiliki Sistem Tersendiri. Sistem yang paling sesuai dengan watak dasar dan jati diri bangsa Indonesia.

Oleh karena itu saya sekarang berkampanye untuk menata ulang Indonesia demi menghadapi tantangan masa depan yang akan semakin berat. Kita harus kembali menjadi bangsa yang berdaulat, mandiri dan berdikari.

Untuk itu kita harus kembali kepada Pancasila. Agar kita tidak menjadi bangsa yang durhaka kepada para pendiri bangsa. Agar kita tidak menjadi bangsa yang tercerabut dari akar bangsanya. Dan agar kita tidak menjadi bangsa yang tidak memiliki jati diri dan karakter.

Saya mengajak semua elemen bangsa ini untuk berpikir dalam kerangka Negarawan. Marilah kita ingat pengorbanan para pejuang kemerdekaan yang darahnya meresap di bumi ini. Di tanah yang kita injak ini.

Marilah kita satukan tekad untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli yang disusun oleh para pendiri bangsa. Untuk kemudian kita sempurnakan dengan cara yang benar, dengan cara adendum, sehingga tidak menghilangkan Pancasila sebagai staats fundamental norm.

Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli mutlak harus kita sempurnakan. Agar kita tidak mengulang penyimpangan praktek yang terjadi di era Orde Lama dan Orde Baru. Karena kita harus selalu belajar dari sejarah.

Akhir kata, marilah kita sama-sama memanjatkan doa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga para pendiri dan perintis Persaudaraan Setia Hati Terate yang telah wafat mendahului kita diampuni segala dosa dan kesalahannya, dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Terutama untuk Ki Ageng Surodiwiryo, Ki Hadjar Hardjo Utomo, Eyang Badini, Bapak Irsyad, Mas Imam Kusupangat, Mas Tarmadji Budi Harsono, dan semua sesepuh SH Terate yang telah dipanggil di sisi-Nya.

Mari kita bersatu padu, bersama-sama melanjutkan jejak perjuangan beliau-beliau tersebut.

Sebelum saya menutup sambutan ini, ijinkan saya mengucapkan semboyan Persaudaraan Setia Hati Terate:

SELAMA MATAHARI MASIH BERSINAR,
SELAMA BUMI MASIH DIHUNI MANUSIA,
SELAMA ITU PULA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE TETAP KEKAL, JAYA ABADI UNTUK SELAMA-LAMANYA.

Salam Persaudaraan….. ! (Hadirin akan menjawab: SH Terate Jaya…!!!)

Wabillahi Taufiq wal Hidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ketua DPD RI

AA LaNyalla Mahmud Mattalitti

Foto Terkait

WhatsApp Image 2022 09 02 at 11.51.08 2 1
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti Menyampaikan Sambutan Pada Puncak Peringatan 1 Abad PSHT

Berita Foto Terkait

Video Terkait

Pidato Terkait